Rabu, 28 November 2012

Budidaya ikan kakap putih



BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan sektor budidaya di Indonesia 2,5 juta kepala keluarga di dukung oleh nelayan dan 800 ribu di dukung oleh pembudidaya. Jumlah masyarakat yang bergerak di sektor perikanan tidak sesuai dengan luas areal yang harus di kembangkan. Kondisi demikian yang menyebabkan rendahnya tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan masih rendah, yaitu baru mencapai angka 29,14 % dari potensinya. Penangkapan ikan di laut masih beroperasi di sekitar pantai dan di pesisir pesisir pantai lainnya seperti di pantai Utara pulau jawa, Selat Bali dan Selat Malaka. Dampaknya adalah di tempat tersebut akan terjadi yang namanya over fishing yang mengakibatkan tangkapan nelayan semakin sedikit dari hari ke hari. (Bambang, 1997)
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas laut sekitar 81 ribu km menunjukkan bahwa potensi sumber daya lautnya sangat besar. Potensi ini memiliki tantangan yang sangat besar jika masalah ekonomi tidak memadai. Perairan Indonesia juga memiliki banyak jenis makhluk hidup di dalamnya baik flora maupun fauna. Hal ini di tunjukkan dengan terdapat sekitar 2.500 spesies ikan di perairan Indonesia. Spesies ikan tersebut di temukan di seluruh perairan Indonesia. (Bambang, 1997)
Masalah yang sering di hadapi dalam pengembangan budidaya adalah masalah IPTEK. Selama ini budidaya berkembang di barengi dengan IPTEK yang rendah. Masalah lainnya adalah sangat kurangnya dukungan pemerintah kepada pengusaha yang baru ingin berkembang sehingga para pembudidaya beranggapan bahwa budidaya itu tidak penting. Lambatnya perkembangan akuakultur juga karena kurangnya perhatian pemerintah kepada perikanan budidaya, pemerintah lebih memperhatikan perikanan tangkap. Banyaknya pelabuhan perikanan yang telah dibangun pemerintah adalah bukti perhatian pemerintah terhadap perikanan tangkap,sedangkan pembangunan di sektor budidaya tidak ada. (Chalik dkk, 2005)
Indosesia merupakan salah satu negara penting dalam produksi perikanan di seluruh belahan dunia. Posisi yang sangat strategis yaitu dari potensi perikanan budidaya. Baik budidaya air tawar maupun budidaya air laut. Cina merupakan negara produsen perikanan budidadaya terbesar di dunia pada saat sekarang ini, dengan produksi sekitar 52 juta ton di tahaun 2009. Indonesia juga mampu menggeser posisi Cina jika Indonesia mampu meningkatkan produksi perikanan budidayanya dengan optimal. Untuk meningkatkan produksi tersebut di perlukan juga modal dan sumber daya manusia yang ahli. (Kordi, 2011)
Produksi perikanan Indonesia pada tahun 2008 mencapai 8,6 juta ton. Produksi dari budidaya mencapai 3,5 juta ton sedangkan dari perikanan tangkap mencapai 5,1  juta ton. Produksi dari perikanan tangkap mencapai 5,1 juta ton, jika diukur menggunakan tolak ukur MSY berarti sekitar 83 % perikanan laut Indonesia sudah di garap penuh. Sedangkan jika di ukur menggunakan tolak ukur TAC, diperkirakan over fishing telah melanda laut Indonesia. (Kordi, 2011)
Budidaya dilaut disebut juga marinekultur. Produksi marinekultur Indonesia mencapai 47 juta ton/tahun, yang sebagian besar berasal dari ikan. Beberapa ikan yang di kelompokkan ikan demersal (ikan yang hidup di dekat dan di dasar laut) yang tergolong ikan mahal yang dijadikan sebagai andalan dalam ekspor sudah berhasil di budidayakan, ikan tersebut seperti ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), kerapu lumpur ( Ephinephelus suillus, E. Coioides), kerapu macan (E. Fuscoguttatus), ikan kakap putih (Lates calcalifer), klon atau nemo (Amphiprion ocellaris) dan masih banyak lagi. Budidaya ikan tersebut telah berhasil di laksanakan baik pembenihan maupun pembesaran. Keberhasilan tersebut diperoleh karena tekhnik budidayanya telah dikuasai. (Kordi, 2011)
Jumlah konsumsi perikanan per kapita terus meningkat dari tahun ke tahun. Sejak tahun 1987 hingga 1996  menunjukkan peningkatan sebesar 9,55 % untuk ikan dan udang segar. Namun untuk produk olahan ikan mengalami penurunan pada tahun yang sama sekitar 3,39%. Secara total dapat disimpulkan bahwa produksi ikan dan udang segar setiap tahun mengalami kenaikan sekitar 7,10 %. Hal ini dapat di lihat pada tabel 1. (Kordi, 2004)
Perkembangan konsumsi  Per Kapita Ikan dan Udang Segar Indonesia dari Tahun 1987 – 1996 (kg/kapita/tahun)
Jenis
1987
1990
1993
1996
Prtumbuhan (%/tahun)
Segar
Diawetkan
9,91
2,61
11,52
2,77
12,51
2,63
12,98
2,33
9,55
(3,39)
Total
12,51
14,29
15,15
15,31
7,10
Tabel 1. Sumber BPS (diolah)
            Pertumbuhan jumlah penduduk sangat mempengaruhi jumlah permintaan dan konsumsi ikan. Pernyataan di atas dapat di buktikan karena pada tahun 1980-an penduduk Indonesia masih sekitar 100 juta jiwa yang memerlukan protein hewani sekitar 10 kg/kapita per tahun, yang artinya kebutuhan ikan sebesar1.000 ton/tahun. Sedangkan pada tahun ini penduduk Indonesia berkisar 200 juta lebih dengan kebutuhan ikan sekitar 26 kg/kapita/tahun yang artinya memerlukan produk perikanan sebesar 5.200 ton. Sehingga produksi perikanan harus di tingkatkan sekitar 4.200 ton per tahun dalam jangka waktu hampir 20 tahun. Untuk itu, alternatif lain untuk mengimbangi kebutuhan perikanan tersebut adalah budidaya karena jika mengandalkan penangkapan, laut Indonesia akan mengalami over fishing. (Farkhan, 2011)
            Salah satu jenis ikan laut yang sudah dapat di budidayakan adalah ikan kakap. Di dunia produksi ikan kakap dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 1990 produksi ikan kakap di dunia mencapai angka 425.379 ton dan mengalami peningkatan yang lumayan tinggi yaitu sekitar 515.370 ton pada tahun 1995 jika di hitung sekitar 7,22% mengalami kanaikan. Produksi tertinggi adalah Tanzania yaitu 325 dunia rata rata selama enam tahun belakangan dengan produksi sekitar 155.860 ton. Ditempat ketiga yaitu Kenya. Indonesia berada di tempat keempat didunia di bawah Uganda atau terbesar di Asia dengan produksi ikan kakap mencapai 49.802 pada tahun 1995 dengan kenaikan produksi sekitar 13,189% per tahun. Pernyatatan tersebut dapat di lihat di tabel 2. (Kordi, 2004)
Negara Penghasil Utama Ikan Kakap Dunia Pada Tahun 1990-1995(ton)
Negara
1990
1991
1992
1993
1994
1995
R(%)
Kenya
Tanzania
Uganda
Taiwan
Indonesia
Jepang
Lainnya
Total
71.930
179.262
120.334
4.693
27.503
5.532
16.125
425.379
57.282
98.770
125.080
5.126
24.059
5.094
21.411
337.632
77.599
10.000
122.680
6.158
29.097
6.719
17.863
270.116
100.037
156.401
95.055
10.637
39.423
6.906
18.819
427.228
104.102
59.180
101.208
8.785
40.827
7.302
16.903
438.307
182.546
155.860
92.722
10.136
49.802
7.713
16.591
515.370
24,96
26,578
(4.48)
20,01
3,89
6,93
1,91
7,22
Tabel 2. Sumber FAO (diolah)
            Ikan kakap merukan salah satu ikan yang sangat mahal, baik di pasar dunia maupun pasar lokal. Harga ikan kakap di dunia mencapai US $ 1,45 hingga US $ 5,64 per kg pada tahun 1995. Nilai tukar rupiah pada saat itu mencapai Rp. 2.500/dollar. Harga ikan kakap di dunia meningkat drastis di karenakan nilai tukar rupiah yang merosot tajam. (Kordi, 2004)
            Harga ikan kakap di Indonesia juga sangat mahal. Pada tahun 1994 harga ikan kakap di Indonesia pada tingkat produsen mencapai Rp. 2.000 – 5.000 per kg, tergantung kepada jauh dekatnya tempat pembelian ikan kakap tersebut. Harga ikan kakap di tingkat konsumen juga tidak jauh beda mencapai Rp. 2.500 – 6.500 per kg. Harga ikan kakap di pasar juga sangat bervariasi tergantung jenis ikan kakapnya. Produksi ikan kakap di Indonesia juga di ekspor ke luar negeri. Negara yang menjadi tujuan ekspor ikan kakap Indonesia adalah Singapura, Hongkong, Jepang, Amerika dan Uni Eropa. (Kordi, 2004)
            Potensi lahan budidaya di Indonesia cukup memberikan peluang baik dari budidaya laut maupun budidaya air tawar. Penawaran harga yang cukup tinggi yang memberikan peluang tersebut. Potensi lainnya yang memberikan peluang adalah banyaknya jenis ikan yang dapat di budidayakan salah satunya adalah ikan kakap. Ikan kakap dapat di budidayakan di KJA maupun di tambak. (Mulyono, 2011)
            Kata kakap pasti sudah sering kita dengar di kehidupan sehari hari, seperti pencuri kelas kakap yang maksudnya pencuri kelas besar. Kata kakap tersebut berasal dari ikan kakap. Kata kakap di masukkan dalam kiasan mungkin karena sifat ikan kakap yang rakus dan berbadan besar yang memangsa ikan ikan kecil disekitarnya. Ikan kakap adalah ikan buas atau predator yang sifatnya banyak diam sambil menungggu mangsanya dan menyergapnya secara tiba tiba. (Asikin, 1994)
            Nama ikan kakap di daerah daerah di Indonesia sangat banyak, misalnya di Jawa tengah dan Jawa timur, orang menyebutnya pelak, petehan, pletehan, tetehan, cabeh, dan cabik, di Madura orang menyebutnya dubit, tekong, cakong dan cateh, di Sulawesi Selatan orang menyebutnya talungsar, pica pica, ganja atau kaca kaca. Di luar negeri orang sering menyebutnya seabass, white seabass sedangkan di Australia dan Papua Nugini sering di sebut barramundi. (Asikin, 1994)
            Jenis jenis ikan kakap banyak di Indonesia, namun yang sering dibudidayakan ada tiga suku yaitu suku Lutjanidae, Labotidae, Centropomidae. Ketiga suku ikan kakap tersebut habitatnya berbeda beda. Lutjanidae hanya bisa berkembang biak dan hidup di perairan laut. Labotidae adalah suku ikan kakap yang hidup di laut dan di perairan payau. Centropomidae adalah suku ikan kakap yang mempunyai habitat yang luas yaitu di laut,payau, dan tawar. Salah satu jenis ikan kakap dari suku ini adalah ikan kakap putih (Lates calcalifer). (Said, 2007)
            Masalah yang sering di hadapi oleh pembudidaya ikan kakap putih khususnya pada pembesaran adalah persediaan ikan rucah. Ikan rucah adalah pakan utama untuk pembesaran ikan kakap putih. Sebagai pengganti ikan rucah, ikan kakap putih juga dapat di berikan pakan berupa pelet. Pelet yang di berikan harus mengandung protein tinggi. Kandungan protein pelet tersebut juga harus relatif tinggi. (Utojo, 1995)












BAB II
TEKHNIK BUDIDAYA IKAN KAKAP PUTIH
2.1. Biologi ikan kakap putih (Lates calcalifer)
            Budidaya ikan dapat berjalan dengan lancar salah satunya adalah dengan mengetahui biologi biota yang akan kita pelihara. Hal tersebut bertujuan agar kita dapat memanipulasi habitat dan jenis makanan biota tersebut. Ikan tawar dapat hidup di laut, dan ikan laut dapat hidup di air tawar di karenakan manipulasi lingkungan tersebut yang berawal dari mengenal biologinya. Tetapi para pembudidaya sering mengabaikan tentang biologi tersebut karena menurutnya tidak penting. Hal demikianlah yang menyebabkan kegagalan dalam berbudidaya. (Kordi, 1997)
Banyak jenis ikan yang hidup di air laut atau payau dapat dibudidayakan di air tawar atau sebaliknya. Hal tersebut dapat dilakukan karena pengetahuan tentang biologi ikan tersebut telah dikuasai. Jenis ikan air laut yang dapat dibudidayakan di air tawar contohnya ikan kakap putih. Ikan kakap putih dapat dibudidayakan di air tawar karena telah dilakukan penelitian terhadap kehidupan ikan tersebut di alamnya. Ikan air tawar yang dapat dibudiayakan di air laut atau payau contohnya ikan nila. Ikan nila merupakan ikan air tawar yang cukup ekonomis. Sama halnya dengan ikan kakap, ikan nila dapat dibudidayakan di air laut atau payau karena telah dilakukan pengamatan tentang biologinya. ( Said, 2007)
          
Gambar 1. Ikan kakap putih (sumber : iptek.net.id)
1.      Klasifikasi ikan kakap putih
Jenis ikan kakap di Indonesia sangat banyak. Dari begitu banyak jenis ikan kakap di Indonesia ada tiga suku yang cukup di kenal oleh masyarakat, yakni suku Lutjanidae, Labotidae, dan Centropomidae. Ketiga suku ikan kakap ini hidup di alam yang berbeda beda. Suku Lutjanidae habitatnya di air laut, suku Labotidae habitatnya di air payau dan suku Centropomidae memiliki habitat yang luas yaitu dapat hidup di air laut, payau dan tawar. Ikan kakap putih termasuk ke dalam suku Centropomidae sehingga ikan kakap putih dapat dibudidayakan di KJA dan tambak. (Said, 2007)
Ikan kakap putih diberi nama oleh M.E Bloch pada tahun 1790. Klasifikasi ikan kakap putih tersebut yaitu :




Phylum                                                                                    : Chordata
Sub phylum                                                                 :Vertebrata
                        Kelas                                                               : Pisces
                        Ordo                                                    : Percomorphi
                                    Famili                                      : Centropomidae
                                                Genus                          : Lates
                                                            Species            : Lates calcalifer
2.      Morfologi ikan kakap putih
            Ikan kakap termasuk ikan buas, hal ini dapat di lihat dari bentuk mulutnya. Ikan kakap putih memiliki mulut yang lebar dengan gigi halus yang tajam. Rahang bawah ikan kakap lebih maju di bandingkan rahang atasnya. Itu membuktikan bahwa ikan kakap putih ini pemakan daging atau karnivora. (Sudjiharno, 1999)
            Ikan kakap juga seperti ikan lainnya memiliki sirip. Sirip ekor ikan kakap putih berbentuk bulat. Ikan kakap putih memiliki sirip punggung berjari jari keras, kuat dan kaku. Jari jari siripnya terdiri dari 3 jari keras dan 7-8 jari lunak pada sirip punggungnya. Sedangkan sirip yang lainnya tidak ada menunjukkan ciri ciri khusus jika di bandingkan dengan ikan lainnya. (Mulyono, 2011)
            Dilihat dari matanya ikan kakap juga memiliki keunikan tersendiri. Berbeda dengan ikan yang lainnya yang mempunyai mata berwarna hitam. Perbedaannya adalah warna mata ikan kakap putih ber warna merah terang. Mata ikan kakap putih lebih kecil di bandingkan ikan kakap lainnya. (Chalik dkk, 2005)
            Tubuh ikan kakap putih memanjang dan gepeng dengan pangkal sirip ekor melebar. Tulang rahang atas melewati mata sebelah belakang sedangkan rahang bawahnya lebih menonjol ke depan dari rahang atasnya. Bentuk kepala tirus ke depan. Warna tubuhnya perak keabuabuan sewaktu dewasa, pada waktu masih burayak warnanya gelap (1-2 bulan), kemudian akan terang setelah menjadi gelondongan (3-5 bulan). Ukuran maksimalnya dapat mencapai 170 cm. (Kordi, 2010)
3.      Habitat ikan kakap putih
            Ikan kakap putih sebenarnya adalah ikan liar yang hidup di laut. Namun setelah di lakukan penelitian ikan kakap putih memiliki habitat yang sangat luas. Ikan kakap putih dapat hidup di daerah laut yang berlumpur, berpasir, di ekosistem mangrove. Nelayan sering mendapatkan ikan kakap putih ketika melaut. Ikan kakap yang hidup di laut lebih besar ukurannya di bandingkan yang di pelihara di air payau atau di air tawar. Hal itu mungkin di sebabkan karena makanannya banyak di habitat aslinya. (Kordi, 2011)
Ikan kakap juga dapat hidup di air payau. Ikan kakap akan menuju daerah habitat aslinya jiak akan memijah yaitu pada salinitas 30-32 ppt. Telur yang menetas akan beruaya menuju pantai dan larvanya akan hidup di daerah yang bersalinitas 29-30 ppt. Semakin bertambah ukuran larvanya maka ikan kakap putih tersebut akan beruaya ke air payau. (Mulyono, 2011)
Selain di air laut dan payau, ikan kakap putih juga dapat hidup di air tawar. Larva ikan kakap dapat di temukan di perairan tawar seperti di sawah dan danau. Pernah ditemukan ikan kakap putih di temukan di sungai Bengawan Solo sampai sejauh 200 km dari pantai. Di sungai Kattiong, Langnga, Pinrang, Sulawesi Selatan pernah di jala ikan kakap putih berukuran panjang 107 cm dan berat 40 kg. Hal ini menunjukkan bahwa ikan kakap dapat juga di pelihara di air tawar. (Budi, 2009)
4.      Makanan dan kebiasaan makan
            Ikan kakap putih merupakan jenis ikan buas atau predator sehingga sudah pasti makanannya adalah daging. Ikan kakap memangsa semua jenis ikan yang berukuran lebih kecil dari badannya seperti ikan teri, plankton, udang, cumi cumi, dan hewan kecil lainnya. Ikan kakap putih juga dapat di berikan pakan buatan seperti pelet. Pelet yang di berikan harus mempunyai kandungan protein yang tinggi. Menurut para petani ikan kakap yang di berikan pakan alami dagingnya lebih enak dari ikan kakap yang di berikan pakan buatan berupa pelet. (Kordi, 2011)
Berdasarkan penelitian yang di lakukan selama 90 hari, bobot ikan kakap dipengaruhi oleh kadar protein dalam pakan buatan. Semakin tinggi kadar proteinnya semakin efektik pengaruhnya terhadap bobot mutlak ikan kakap putih. Pada pakan berkadar protein 40% yaitu 180,2 gram bobot ikan mutlak mencapai nilai tertinggi. Kadar protein adalah terendah 25% yaitu 154,5 gram. (Utojo, 1995)
            Ikan kakap putih adalah salah satu ikan karnivora yang mampu mencerna protein lebih besar dari jumlahnya jika di bandingkan dengan ikan omnivora maupu herbivora untuk kelangsungan hidupnya. Kadungan pakan yang memiliki serat yang kasar mampu mempengaruhi daya cerna ikan kakap putih, sehingga pakan yang baik buat ikan kakap putih adalah pakan yang tidak memiliki serat atau mempunyai serat sedikit. Pakan yang memiliki karbohidrat yang tinggi tidak baik bagi pertumbuhan ikan karena karbohidrat bukan merupakan sumber energi utama ikan khususnya ikan karnivora seperti ikan kakap putih. (Sudjiharno, 1999)
            Selain jenis pakan, untuk berhasi membudidayakan ikan kakap putih yaitu kita juga harus mengetahui kebiasaan makannya. Ikan kakap putih biasanya berdiam diri di dasar. Menunggu mangsa mendekat lalu menyergapnya. Sifat demikianlah yang menunjukkan kalau ikan kakap putih itu termasuk ikan buas. Sifat buas ikan kakap ini menyebabkan ikan kakap putih ini mudah di tangkap baik dengan pancing maupun jala. Iakn kakap putih mudah di tangkap di setiap waktu, baik pagi, siang, sore, maupun malam. (Said, 2007)
5.      Reproduksi ikan kakap putih
             Ikan kakap putih merupakan ikan hermaprodit protandry jika di lihat dari siklus hidupnya. Hermaprodit protandry adalah mampu mengubah kelamin jantan menjadi kelamin betina. Pada saat awal reproduksinya ikan kakap putih berjenis kelamin jantan, kemudian pada umur lebih dari 6-8 tahun akan berubah menjadi betina. Selain dari umurnya, ikan kakap putih juga akan berubah kelamin dari jantan menjadi betina pada ukuran 2 kg. Ikan kakap putih akan mempunyai testis pada umur 1-2 tahun. Perubahan kelamin ikan kakap jantan menjadi ikan betina setelah ikan kakap putih berumur 5-6 tahun. (Chalik dkk, 2005)
            Ikan kakap putih sering beruaya pada akhir musim panas dan musim pemijahan yang terjadi pada awal musim penghujan. Akibat perubahan suhu dan salinitas diperiran terjadi pemijahan pada musim penghujan. Salah satu faktor yang penting dalam proses pemijahan ikan kakap putih adalah suhu dan salinitas. Bila musim penghujan terlambat maka musim pemijahan ikan kakap putih juga akan terlambat. (Sudjiharno, 1999)
            Pada saat musim pemijahan induk ikan kakap jantan dan betina sangat mudah di kenali. Ikan kakap putih pada ukuran panjang yang sama, ikan kakap putih jantan akan kelihatan lebih kecil dan badannya paling langsing di bandingkan ikan kakap putih betina. Ikan kakap putih jantan juga dapat di ketahui dengan melakukan striping, jika yang keluar adalah sperma maka ikan kakap tersebut adalah jantan dan jika yang keluar adalah telur maka ikan kakap tersebut adalah betina. ( Sudjiharno, 1999)
            Telur ikan kakap yang telah matang gonad biasanya jumlahnya tergantung ukuran dari kakap putih tersebut. Seekor induk yang memiliki berat 1,05 meter mampu menghasilkan telur sebanyak 7,5 juta butir telur. Telur yang telah dibuahi oleh ikan jantan akan mengapung di permukaan air. Sifat telur yang mengapung ini mempermudah dalam pengumpulannya. (Kordi, 1997)


2.2. Pemilihan lokasi budidaya
            Kegiatan budidaya yang dilakukan akan berhasil jika kita mampu mempertimbangkan kajian teknis maupun nonteknisnya. Jika kita tidak memperhatikan kajian teknis dan nonteknisnya maka budidaya yang di lakukan akan mengalami kegagalan besar mengingat besarnya modal yang di keluarkan. Pemilihan lokasi budidaya merupakan salah satu faktor non teknis yang harus mempunyai perhatian khusus. Sedangkan dari faktor teknisnya adalah kualitas air dan biologi ikan kakap putih itu sendiri. (Kordi, 2005)
            Ikan kakap putih merupakn salah satu jenis ikan yang mempunyai toleransi tinggi terhadap salinitas. Sifat tersebut memungkinkan ikan kakap dapat di pelihara di seluruh wilayah perairan. Budidaya ikan kakap putih yang sering di lakukan adalah di KJA dan di tambak. Pemilihan lokasi budidaya baik di KJA maupun di tambak harus mempertimbangkan faktor teknis maupun non teknis. Pemilihan lokasi harus betul betul di perhitungkan. Kecerobohan dalam pemilihan lokasi akan mengakibatkan kegagalan dalam budidaya ikan kakap putih tersebut. (Sudjiharno, 1999)
1.      Persyaratan lokasi
            Pemilihan lokasi baik di tambak maupun KJA harus terlindung. Jika di KJA lokasinya harus terlindung dari arus dan terpaan angin kencang. Terpaan angin kencang dan arus yang tinggi dapat merusak KJA. Sedangkan jika lokasi budidaya di tambak harus terlindung dari manusia yang tidak bertanggung jawab dan terlindung dari gangguan hama. (Kordi, 2005)
            Selain harus terlindung, lokasi budidaya harus bebas dari bahan pencemaran. Bahan bahan limbah industri, limbah rumah tangga dan limbah pertanian yang mengaring di bawa arus dan masuk ke lokasi budidaya akan mencemari dan membahayakan biota yang kita pelihara. Konsentrasi bahan pencemaran yang tinggi juga mempengaruhi lingkungan lokasi budidaya. Lingkungan yang tidak baik pasti akan mempengaruhi biota yang di budidayakan. Daerah pantai di Indonesia sudah banyak di pakai untuk tempat industri, hal ini sangat merugikan pembudidaya karena buangan limbahnya akan mengganggu biota yang di budidayakan. Daerah pantai seperti itu sebaiknya jangan di jadikan sebagai lokasi budidaya. (Sudjiharno, 1999)
            Faktor lain yang perlu di perhatikan dalam menentukan lokasi budidaya adalah harus dekat dengan sumber pakan. Ketersediaan pakan selama pemeliharaan harus mencukupi untuk biota yang di budidayakan. Jenis pakan ikan kakap putih adalah biasanya ikan rucah, maka sebaiknya lokasi budidaya ikan kakap putih tersebut harus dekat dengan tempat pelelangan ikan. Ketersediaan ikan rucah sangat berpengaruh karena stock ikan rucah sebagai pakan utama ikan kakap putih harus ada secara terus menerus. ( Sudjiharno, 1999)
            Sarana transportasi juga harus diperhatikan dalam menentukan lokasi budidaya ikan kakap putih. Sarana transportasi seperti jalan raya merupakan faktor yang tidak bisa di lupakan karena sarana transportasi seperti jalan berguna untuk kegiatan operasional seperti pengadaan benih, pengadaan pakan, dan pengangkutan hasil panen. Fasilitas sarana transportasi sangat mendukung keberhasilan usah budidaya. Seharusnya dalam menentukan lokasi jangan memeilih lokasi yang sulit di jangkau karena akan menyebabkan biaya produksi meningkat. (Said, 2007)
            Lokasi budidaya yang dipilih dekat dengan lokasi pemukiman masyarakat, akan mengakibatkan dua dampak. Dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya adalah keberadaan penduduk akan memudahkan kita dalam mencari tenaga kerja. Dengan mempekerjakan penduduk di sekitar lokasi budidaya maka kesenjangan sosial di Indonesia akan berkurang. Dampak negatif yang ditimbulkan seperti pencurian atau kegiatan masyarakat yang merugikan kegiatan budidaya lainnya. Pendekatan dengan tokoh masyarakat dan pendudu akan membantu dalam menyelesaikan dampak negatif tersebut. (Kordi, 2004)
2.      Persyaratan kualitas air
            Penentuan lokasi budidaya yang ideal selain dari faktor di atas adalah faktor kualitas air. Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan lokasi budidaya karena biota yang di pelihara hidupnya di air maka jika kualitas airnya baik maka biota yang di pelihara juga baik. Sebaliknya, jika kualitas airnya jelek maka biota yang di pelihara juga tidak akan hidup dengan baik. Memilh lokasi harus sesuai denagn kebutuhan ikan yang akan kita pelihara, kita harus menjaga agar kualitas air tetap optimal. Ikan akan stres dan mati jika perubahan air terjadi dengan tiba tiba.  Faktor kualitas air yang penting di perhatikan meliputi sifat fisika, sifat kimia dan sifat biologi.


A. Sifat fisika air
a.      Arus
Arus merupakan gerakan air yang disebabkan adanya pengaruh dari angin dan gaya. Arus berguna untuk menambah kandungan oksigen terlarut dalam air. Penggunaan kincir di tambak bertujuan untuk menambah kandungan oksigen terlarut dalam air. Oksigen terlarut dalam air sangat di butuhkan oleh ikan serta plankton yang hidup di dalam perairan tersebut.  Arus juga dapat membersihkan sisa sisa metabolisme ikan. Namun, arus yang terlalu deras juga tidak baik buat ikan karena akan menyebabkan ikan stres,energi banyak terbuang, sehingga nafsu makan ikan akan berkurang. Kecepatan arus yang paling baik adalah 0,2-0,5 meter/detik. (Kordi, 2004)
a.      Suhu
Kelangsungan hidup hewan hewan akuatik sangat di pengaruhi oleh suhu. Perubahan suhu akan berpengaruh terhadap metabolisme ikan. Di daerah tropis khususnya suhu jarang menimbulkan permasalahan bagi pembudidaya karena suhu relatif stabil di daerah tersebut. Suhu yang baik untuk ikan ikan yang dibudidayakan di daerah tropis berkisar 270 C – 320C. Jika suhu di atas maupun di bawah dari 270 C – 320C maka akan terjadi gangguan bagi ikan ikan yang di budidayakan. (Sudjiharno, 1999)


b.      Kecerahan
Kecerahan adalah cahaya yang masuk ke dalam air dan dinyatakan dalam bentuk %.Kondisi alam sangat mempengaruhi kecerahan. Cahaya matahari masuk ke dalam air di pengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Kekeruhan di pengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu benda benda halus yang tersuspensi seperti lumpur dan sebagainya, adanya jasad jasad renik (plankton) dan warna air. Kecerahan dapat di ukur menggunakan alat yag di sebut secchi disk. (Kordi, 2011)
B. Sifat kimia air
a.      Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi rata rata jumlah kadar garam yang terdapat di dalam air laut. Klorinitas adalah cara yang digunakan untung menghitung salinitas dengan rumus 0/00 = klorinitas x 1,87. Salinitas di perairan samudra biasanya 34-35 ppt. Di daerah pantai biasanya salinitas rendah karena terjadi pengenceran dari daerah sungai. Sebaliknya di daerah yang penguapannya tinggi salinitas akan cenderung tinggi. Biasanya ikan kakap putih mampu hidup di kisaran salinitas 0-33 ppt. Salinitas optimum ikan kakap putih adalah 15-20 ppt. Perubahan salinitas yang mendadak akan menyebabkan perubahan tekanan osmotis pada tubuh ikan. Berdasarkan toleransinya terhadap salinitas biota perairan dapat di kelompokkan menjadi stenohaline dan euryhaline. (Farkhan, 2011)

b.      Oksigen terlarut
Oksigen terlarut (DO) adalah satu jenis gas terlarut dalam air dalam jumlah yang sangat banyak, menempati urutan kedua setelah nitrogen. Oksigen menempati urutan teratas jika di lihat dari kegunaannya karena oksigen sangat di perlukan oleh semua makhluk hidup untuk bernafas. Oksigen yang di butuhkan oleh ikan dan yang ada di dalam air adalah oksigen terlarut. Oksigen terlarut akan turun pada malam hari. Pada malam hari ikan dan makhluk hidup di dalamnya akan melakukan proses pernafasan yang membutuhkan oksigen terlarut. Biasanya ikan laut seperti ikan kakap putih membutuhkan oksigen terlarut minimal 4 mg/liter atau 4 ppm. ( Sudjiharno, 1999)
c.       Senyawa nitrogen
Amonia dan nitrit merupakan senyawa nitrogen yang tidak baik dan mengganggu pertumbuhan biota. Pada kadar yang berlebihan, kandungan amonia di dalam air dapat bersifat racun. Amonia berasal dari hasil dekomposisi bahan bahan organik oleh bakteri. Nitrit berasal dari proses denitrifikasi oleh nitromonas. Amonia terdapat dua bentuk di dalam air, yaitu NH4+ atau sering disebut Ionized Ammonia. Amonia jenis ini merupakan amonia yang kurang beracun. Bentuk yang kedua yaitu NH3 atau Unionized Ammonia. Amonia yang satu ini sangat berbahaya bagi ikan karena beracun. Daya racun amonia akan semakin meningkat jika pH tambak meningkat.
Perombakan amonia menjadi nitrat sebenarnya terjadi di alam, nitrat merupakan suatu bentuk amonia yang tidak berbahaya. Amonia berubah menjadi nitrat melalui proses nitrifikasi. Proses nitrifikasi di bantu oleh bakteri nitrifikasi yaitu nitrosomonas dan nitrobacter. Dalam proses nitrifikasi membutuhkan oksigen yang banyak sebagai sumber energi. Reaksi nitrifikasi dapat dilihat pada reaksi di bawah ini :
29NH4 +37O2 + 5CO2 Nitrosomonas        C5H7O2N + 28NO2 + 57H+26H2O
96NO2 + 43O2 + 5CO2 + 2H2O nitrobacter     C5H7O2N + H+ + 96NO3
Proses nitrifikasi ini juga akan berlangsung lambat jika pH di dalam air rendah. (Kordi, 2011)
d.      Logam berat
Pencemaran lingkunagan budidaya yang di akibatkan oleh logam berat sangat berbahaya bagi biota yang dipelihara dan bagi manusia yang mengkonsumsiya. Logam mercuri (Hg) merupakan salah satu logam yang sangat berbahaya. Logam mercuri merupakan logam yang paling beracun di bandingkan logam berat lainnya. Berikut merupakan tabel persyaratan kandungan logam berat untuk kegiatan budidaya.




NO
LOGAM BERAT
DIPERBOLEHKAN
DIINGINKAN
1
Merkuri (Hg)
< 0,003
< 0,00001
2
Kadmium (Cd)
< 0,010
< 0,00002
3
Seng (Zn)
< 0,100
< 0,00200
4
Timbal (Pb)
< 0,010
< 0,00002
5
Kromium (Cr)
< 0,010
< 0,00004
6
Selenium (Se)
< 0,005
< 0,00045
7
Tembaga (Cu
< 0,060
< 0,00100
8
Perak (Ag)
< 0,050
< 0,00300
9
Arsen (As)
< 0,010
< 0,00260
10
Nikel (N)
< 0,100
< 0,00200




Tabel 3. Persyaratan kandungan logam berat untuk kegiatan budidaya. (Sudjiharno, 1999)
e.       pH
Parameter kualitas air yang satu ini merupakan faktor yang sangat penting di kualitas air. Derajat keasaman atau yang sering disebut pH pada air laut biasanya 7,5-8,5. pH air sangat mempengaruhi kualitas perairan karena mempengaruhi terhadap kehidupan jasad renik. Perairan yang mempunyai pH rendah akan tidak produktif karena dapat membunuh bita budidaya. Ph yang rendah akan mempengaruhi oksigen terlarut dalam air karena jika pH rendah maka kandungan DO akan rendah pula. (Kordi, 2011)



C. Sifat biologi
a.      Klorela
Klorela (Chlorella) merupakan plankton yang hidup di alam bebas termasuk ke dalam jenis alga hijau. Klorela merupakan fitplankton atau plankton tumbuhan. Klorela di kasifikasikan sebagai berikut :
Filum                                             : Chlorophyta
Kelas                                             : Chlorophyceae
Ordo                                              : Cholorococcales
Famili                                            : Chlorellaceae
Genus                                            : Chlorella
Klorella mempunyai sel berbentuk bulat atau bulat telur. Sel telur klorela berdiameter 2-8 mikron, warnanya hijau karena mempunyai klorofil yang dominan, dinding selnya keras terdiri dari selulosa dan pektin. Klorela bergerak sangat lambat. Klorela dapat hidup di air tawar dan air laut. (Bambang, 1997)
b.      Rotifera
Bentuk tubuh rotifera adalah bulat dan berbulu getar. Rotifera suka makan jasad renik, bakteri, ragi dan protozoa. Rotifera dapat hidup di air payau dan air laut. Rotifera dapat di kalsifikasikan sebagai berikut :
Filum                                             : Trochelminthes
Subkelas                                       : Monogononta
Ordo                                              : Notonimatida
Famili                                            : Brachionidae
c.       Artemia
Artemia masuk kedalam jenis udang udangan primitif. Artemia di klasifikasikan sebagai berikut
Filum                                             : Arthropoda
Kelas                                             : Crustaceae
Ordo                                              : Anostraca
Famili                                            : Artemidae
Genus                                            : Artemia
Artemia dapat hidup di air laut dengan salinitas 5-300 ppt. Artemia mempunyai kisaran toleransi yang luas terhadap oksigem terlarut. Artemia masih dapat hidup pada kandungan oksigen sampai 1 ppm. Kandungan oksigem yang optimal adalah 3 ppm. Artemia juga dapat hidup pada perairan yang kandungan amoniak yang tinggi. (Kordi, 2010)

2.3. Wadah Budidaya
1. Bak pemijihan
            Bak pemijihan ikan kakap putih di buat dari batu bata merah yang dibuat sepasang dengan diameter 10 m dan kedalaman air 2 m. Bak tersebut di buat dengan sistem pengairan dan aerasi yang bagus. Setelah induk kakap memijah, induk kakap putih di keluarkan dari bak pemijahan dan telur di masukkan ke bak penetasan. ( Asikin, 1994)
2. Bak penetasan telur
            Bak penetasaln telur yang telah di buahi ikan kakap putih jantan bisa di buat dari sepasang batu bata merah yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 3,5 m x 4,75 m x 1,2 m. Bak seperti ini dapat menampung 1 juta butir telur yang telah dibuahi. Bak ini juga harus di lengkapi dengan sistem pengairan dan aerasi yang baik pula. Telur yang telah di buahi oleh induk jantan akan menetas setelah 18 jam. Setelah telur menetas, larva yang baru menetas di pindahkan ke bak pemeliharaan larva. (Bambang, 1997)
3. Bak pemeliharaan larva
            Bak pemeliharaan larva bisa di buat secara permanen dengan bangunan beton atau dibuat dari kayu yang di lapisi plastik. Bak pemeliharaan larva digunakan untuk memelihara larva dari menetas sampai umur 14 hari. Biasanya bak pemeliharaan larva berukuran 1,5 m x 4 m x  1,2 m atau 2,5 m x 2,5 m x 1,2 m. Bak ini juga harus dilengkapi dengan sistem pengairan yang baik dan sistem aerasi yang baik juga. Bak ini sebaiknya di lengkapi dengan atap untuk melindungi larva ikan dari sinar matahari langsung. (Kordi, 2005)
4. Petak pendederan
            Petak pendederan untuk ikan kakap putih di buat dari jaring yang di letakkan di dalam tambak pemeliharaan. Ukuran keramba kira kira 1 x 1 x 1 meter dengan mata jaring 2 mm. Kedalaman air untuk pendederan yaitu 0,90 m. Keramba ini digunakan untuk memelihara benih dengan ukuran 1,5-2 cm. Jumlah penebaran 300-500 ekor. (Said, 2007)
2.4. Pemilihan Induk
            Menurut SNI iduk ikan kakap yang baik harus berasal dari alam dan hasil pembesaran di hetchry. Induk harus berasal dari keturunan pertama. Warna tubuh harus abu abu kehitaman,tubuh ramping, batang sirip ekor atas lebar, kepala lancip dan bagian atas cekung dan akan menjadi cembung di depan sirip punggung. Tubuh ikan jantan lebih silinder dari pada ikan betina yang lebih lebar. Anggota tubuh induk ikan kakap putih harus lengkap, tidak cacat, dan tidak ada kelainan pada bentuk tubuhnya, sehat serat bebas dari penyakit. Gerakan induk ikan kakap yang baik harus lincah, berenang normal dan tidak hidumenyendiri/memisahkan diri dari kakap lain. (SNI, 2008)
            Umur induk ikan kakap putih yang baik dihitung dari telur menetas untuk jantan sekitar 2,5 tahun. Panjang tubuh total untuk jantan 45-55 cm dan berat 2-3 kg. Sedangkan untuk betina 3 tahun. Panjag tubuh total dari mulut ke ekor sekitar 57 cm dan berat 3,5 kg.
Gambar 2. Ikan kakap putih jantan (atas) lebih ramping di banding ikan kakap putih betina (bawah). (sumber : dovidovano.wordpress.com)
2.5. Pemijahan
Induk ikan kakap putih dapat di pijahkan dengan tiga cara yaitu pemijahan alami, pemijahan dengan cara stripping, dan pemijahan dengan penyuntika hormon. Pemijahan dengan cara alami dan stripping adalah pemijahan yang tradisional dan mudah serta murah. Namun pemijahan pemijahan dengan cara penyuntikan hormon adalah pemijahan dengan cara modren dan memerlukan pengetahuan khusus. ( Said, 2007)
1. Pemijahan secara alami
            Ikan kakap yang di peroleh dari penangkapan di alam di pelihara di dalm bak tempat pemijahan kira kira satu bulan sebelum musim pemijahan. Musim pemijahan biasanya terjadi di bulan Mei sampai Oktober. Perbandingan antara induk jantan dan betina adalah 1:1, air laut di dalam bak pemijahan harus mmpunyai salinitas berkisar 28-32 ppt. Air di dalam bak pemijahan harus mengalir. Pergantian air dilakukan setiap hari dengan mengganti air sekitar 80-100%. Pakan yang diberikan kepada induk berupa ikan rucah dengan dosis kira kira 1% dari berat tubuh induk ikan kakap tersebut. Pemberian pakan dilakukan setiap pagi hari. (Bambang, 1997)
            Ikan kakap putih yang betina akan memisahkan diri dari kelompoknya. Ciri ciri induk ikan kakap betina yang matang gonad adalah perutnya membuncit dan selalu berenang di permukaan. Berbeda dengan induk ikan kakap betina yang kurang aktif, induk kakap jantan lebih aktif dan bergerombol.
            Pemijahan yang dilakukan didalam bak pemijahan sama seperti di alam yaitu berlangsung dari bulan Mei sampai dengan Oktober. Masa pemijahan di dalam bak lebih lama yaitu dari jam 19.00 – 23.00 pada bulan purnama sampai 8 hari berikutnya. Induk ikan kakap yang jantan dan betina akan berenang bersama sama kemudian induk betina akan mengeluarkan telur dan akan dibuahi oleh induk jantan. Telur yang telah di buahi oleh induk jantan akan mengapung di permukaan air. Telur yang tidak dibuahi akan tenggelam di dasar bak. Salinitas yang cocok agar telur cepat menetas adalah 25-33 ppt. Telur akan menetas memerlukan waktu 12-28 jam. ( Said, 2007)


2. Pemijahan dengan cara stripping
            Pemijahan dengan cara stripping sangat baik jika lokasi dimana kita melakukan pembenihan berdekatan dengan daerah pemijahan dan tidak mempunyai induk ikan kakap dari hasil pemeliharaan. Pemijhan dengan cara ini dilakukan oleh dua orang. Satu orang memegang induk ikan kakap yang akan di urut di atas wadah, satu lagi mengurut perut ikan dengan ibu jari dan jari telunjuk secara perlahan lahan dari atas ke bawah. Cara seperti ini dilakukan untuk induk ikan kakap jantan maupun betina. ( Said, 2007)
            Setelah sperma dan telur di keluarkan, kemudian keduanya di campur di dalam wadah, lalu di aduk aduk menggunakan bulu ayam atau bulu unggas lainnya. Ciri ciri jantan yang mempunyai sperma yang baik adalah, seekor induk ikan kakap jantan harus mampu mengeluarkan sperma sebanyak 5-15 ml. Tidak melekat pada plasma dan tidak mengalir pada saat pengurutan. Sperma tersebut akan bergerak dengan aktif dan cepat jika di lihat pada mikroskop.telur yang baik yang sudah siap di buahi berukuran 600-700 mikron. Bentuk telur bulat dan mempunyai kulit bening. Satu ekor induk ikan kakap betina dengan bobot 3 kg mampu mengeluarkan telur sebanyak 1-1,5 juta butir telur. (Said, 2007)
            Telur kemudian di masukkan ke dalam bak penetasan telur setelah telur dan sperma dicampur. Telur yang telah berhasil dibuahi akan mengapung di permukaan air. Telur yang tenggelam di keluarkan karena telur tersebut tidak di buahi. Telur yang sudah dibuahi dicuci lagi di dalam air laut dengan tujuan agar terhindar dari penyakit. Air di bak penetasan harus mempunyai salinitas sekitar 25-33 ppt dan suhu 28-29 0C. ( Said, 2007)
3. Pemijahan dengan penyuntikan hormon
            Pemijahan induk ikan kakap dengan cara penyuntikan hormon bertujuan untuk mempercepat ikan matang gonad dan siap untuk di pijahkan. Ikan disuntik melalui belakang sirip dada. Induk ikan kakap yang akan di suntik hormon sebaiknya di pelihara di dalam bak pemijahan sekitar 3 hari sebelum penyuntikan. Penyuntikan dilakukan dengan menggunakan hormon seperti Human chrionic Hormone (HCG) dan Punergen (campuran 63% Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan 34 % Lutenizing Hormone (LH). Penyuntikan sebaiknya di lakukan 2 kali yaitu selang 24 jam. Penyuntikan sebaiknya dilakukan pada pagi hari sekitar jam 08.00 dengan tujuan agar induk ikan kakap memijah pada malam hari. (Bambang, 1997)
            Penyuntikan yang pertama dilakukan menggunakan HCG dengan dosis 250 IU/kg berat tubuh ikan kakap betina dan Punergen 50 IU/kg berat tubuh induk ikan kakap betina. Setelah dilakukan penyuntikan induk ikan kakap di masukkan kembali ke dalam bak pemijahan dan bak di tutup dengan terpal agar terlindung dari sinar matahari langsung. Penyuntikan kedua dilakukan dengan dosis dua kali lebih banyak dari penyuntikan pertama. Pada malam harinya, 12 jam setelah penyuntikan kedua induk ikan kakap akan memijah. (Bambang, 1997)
Telur telur ikan kakap yang memijah dikumpulkan dan di tempatkan di dalam wadah. Telur tersebut di campurkan dengan sperma yang di keluarkan dari induk jantan. Telur yang telah di buahi di bilas dengan air bersih dengan salinitas 28-32 ppt. Telur yang telah di bilas di masukkan ke dalm bak penetasan. (Said, 2007)
4. Faktor pendukung pemijahan
Dalam melakukan pembenihan ada beberapa faktor yang menukung berhasilnya usaha pembenihan, yaitu :
a.      Kualitas air
Tempat pemijahan induk ikan kakap harus dari air laut segar dengan salinitas 28-32%. DO minimal 6 ppm dan pH antara 7,5-8,5. Air di dalam bak pemijahan harus di ganti setiap hari secara berkelanjutan.
b.      Induk kakap
Induk ikan kakap juga sangat mendukung keberhasilan pembenihan. Ukuran dan berat tubuh induk ikan kakap, baik jantan maupun betina seharusnya tidak jauh berbeda dan sudah cukup usia untuk di pijahkan.
c.       Makanan induk ikan kakap
Dalam melakukan pemijahan,makana induk ikan kakap juga harus di perhatikan. Kualitas makanan induk ikan kakap harus baik. Induk ikan kakap di berikan pakan ikan rucah sebanyak 1 % dari berat tubuhnya. Pemberian pakan dilakukan dengan cara terus menerus. (Bambang, 1997)
5. Pembuahan dan penetasan
Telur telur yang telah di buahi oleh induk ikan kkakap jantan, setelah 35 menit akan terjadi perkembangan embrionik. Perkembangan di mulai dari 1 sel, kemudian akan berturut turut menjadi stadium 2 sel, 4 sel, 8 sel, 32 sel, 64 sel, 128 sel, pra blastula, blastula, gastrula, neurula, lalu akan mengalami peningkatan menjadi embrio yang sudah tumbuh kepala, bola mata, dan tunas ekor. Beberapa menit kemudian jantungnya akan mulai berfungsi, ekor akan tumbuh dan tubuhnya akan mulai bergerak gerak sampai telur menetas. Penetasan telur dari di buahi sampai menetas sangat di pengaruhi oleh kualitas air yaitu suhu. Pada suhu 270C, telur telur akan menetas setelah 17 jam . pada suhu 30-320C telur akan menetas setelah 12-14 jam. Kadar salinitas juga mempengaruhi penetasan telur. (Bambang, 1997)
6. Pemeliharaan benih
            Benih yang baru menetas di pelihara secara khusus di dalam bak pemeliharaan. Air dalam bak pemeliharaan harus bersih, di isi dengan air laut bersalinitas kira kira 10-30 ppt. Air yang di sukai benih ikan kakap yaitu sekitar 20 ppt. Bak yang di gunakan kira kira berukuran 3,5 x 4,75 x 1,2 meter dengan kedalaman 1,10 meter dengan jumlah tebar 600.000-1.000.000 ekor benih. Umur dari benih juga berpengaruh terhadap jumlah penebaran. (Asikin, 1985)
Umur (hari)
Jumlah penebaran benih/ton
Tingkat kehidupan (%)

1 – 7
8 – 15
16 – 23
24 – 30
600.000 – 1.000.000
15.000 – 20.000
5.000 – 10.000
2000 - 5000
32,23
80,91
70,05
85,33
Tabel 4. jumlah penebaran dan tingkat kehidupan benih ikan kakap pada berbagai umur. (sumber : asikin).
            Benih yang di pelihara sebaiknya di beri pakan berupa pakan alami seperti artemia, moina, daphnia, dan lain lain. Benih ikan kakap putih akan mulai makan pada umur 3 hari setelah menetas. Dosis pemberian pakan artemia yaitu 1-2 ekor per satu ekor benih ikan kakap putih. Benih ikan kakap di beri makan sebanyak 1-2 kali sehari. Pada hari ke 20 biasanya benih ikan kakap sudah menjadi burayak dan dapat di kasih makan ikan rucah. Ikan rucah yang di berikan harus sesuai dengan bukaan mulut benih ikan kakap putih tersebut. (Said, 2007)
7. Grading
            Ikan kakap putih tergolong ikan kanibal sehingga perlu dilakukan grading untuk memisahkan ukuran benih yang besar dan yang kecil. Pada minggu kedua grading sudah dilkukan pertama kali, karena pada minggu kedua ukuran benih akan bertambah besar. Benih yang lebih besar akan memakan benih yang lebih kecil. Alat yang dilakukan untuk grading adalah ember yang di beri lobang dengan ukuran bermacam macam, sehingga berbagai ukuran dapat di pisahkan dengan mudah. Grading dilakukan agar menghindari sfat kanibalisme ikan sehingga tingkat kehidupan benih akan tinggi.Pada waktu pemeliharaan benih, kondisi air juga harus di perhatikan. Air harus selalu dalam keadaan bersih. Pergantian air dilakukan sesuai dengan kondisi baik buruknya kualitas air tersebut. ( Sudjiharno, 1999)
2.6. Pendederan
            Pendederan dilakukan agar lebih mudah mengontrol pertumbuhan ikan kakap putih. Pendederan juga dilakukan agar memudahkan dalam pemeliharaan seperti pemberian pakan, sampling, kontrol kualitas air. Pendederan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pendederan I selama 2-3 bulan. Benih ikan kakap yang berumur 30-45 hari di pelihara di dalam kolam pendederan sampai menjadi gelondongan dengan ukuran 5-8 cm. Pendederan kedua dilakukan di dalam bak pendederan II setelah pendederan I benih yang berukuran 5-8 cm di pelihara selama 2-3 bulan hingga mencapai ukuran 10 cm. (Asikin, 1985)
            Menurut A. Said (2007) penedederan dilakukan di keramba jaring apung dengan ukuran 1x1x1 meter atau 2x2x2 meter. Benih yang di dederkan yaitu benih dengan ukuran 1,5- 2 cm atau dengan umur 30-50 hari. Padat penbarannya yaitu 300-500 ekor. Benih tersebut di pelihara dalam keramba pendederan selama 2-3 bulan.
2.7. Pembesaran
            Pembesaran ikan kakap putih di tambak meliputi beberapa tahapan yaitu, pengeringan tambak, pengapuran, perbaikan pematang, penyiapan saluran air, serta pemasangan saringan air. Setelah tahapan tersebut di lakukan tambak di isi dengan air laut yang bersih. Ikan kakap yang telah di pelihara di dalam kolam pendederan selama 4 bulan dapat di pindahkan dan di besarkan di dalam tambak atau KJA. Pembesaran di KJA relatif lebih mudah dari pada pembesaran yang dilakukan di dalam tambak. (Chalik dkk, 2005)
            Benih ikan kakap yang di tebar di dalam tambak harus dilakukan aklimatisasi dulu. Aklimatisasi bertujuan agar benih ikan yang ditebar tidak mengalami stres dan agar mudah beradaptasi dengan lingkungan barunya. Aklimatisasi dilakukan dengan cara sebagai berikut : kantong plastik di buka, lalu air di dalam kantong diukur suhu dan salinitasnya. Kemudian air di dalam tambak di masukkan sedikit demi sedikit ke kantong sampai suhu dan salinitasnya sama. Cara lain yaitu dengan meletakkan kantong benih di tambak dan dibiarkan sampai suhu dalam kantong sama dengan suhu di tambak. Tanda suhu di dalam kantong dan di tambak sama yaitu dengan timbulnya embum di dinding kantong plastik. Aklimatisasi pada benih yang di tebar sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih tersebut. Dengan aklimatisasi peluang benih untuk mengadaptasikan diri terhadap lingkungannaya seperti suhu dan salinitas lebih luas. Waktu adaptasi yang sempit akan menyebabkan ikan stres dan mati. Kondidsi ikan yang lemah memberikan peluang terhadap patogen yang menyerang. Hasil penelitian menunjukkan benih ikan yang tidak dilakukan aklimatisasi lebih mudah terserang penyakit. (Sudjiharno, 1999)
1.      Pakan alami
Pakan alami yang diberikan dalam pemeliharaan ikan kakap putih biasanya berupa ikan rucah. Ikan rucah dapat diperoleh dari tempat pelelangan ikan. Pada saat pemberian pakan kondisi ikan rucah juga harus diperhatikan jangan sampai busuk.agar kualitas ikan rucah tetap segar dapat di simpan di freezer atau alat pendingin lainnya. Pakan yang busuk akan menyebabkan patogen penyebab penyakit lebih mudah menyerang ikan kakap yang dipelihara. Pemberian pakan ikan rucah dilakukan dengan menyebarkan pakan menyeluruh agar semua ikan mendapatkan pakan. (Kordi, 1997)
            Ikan kakap yang di pelihara di dalam kolam pembesaran diberi pakan sebanyak 4% dari berat tubuhnya. Pakan yang di berikan berupa ikan rucah, udang kecil, kan teri. Pakan diberikan sekali dalam satu hari. Sebaiknya pemberian pakan dilakukan saat air pasang dan sedang mengalir. Jatah pemberian pakan dapat dilihat pada tabel berikut. (Bambang, 1997)
Padat penebaran (ekor)
Usia dalam minggu
17
18
19
20
21
22
23
24
850
1.000
1.150
1.300
1.450
12,5
14,5
16,5
19,0
21,0
13,0
15,0
17,0
19,5
22,0
13,5
16,0
18,5
21,0
23,0
14,0
16,5
19,0
21,5
24,0
14,5
17,0
19,5
22,0
24,5
15,0
17,5
20,0
23,0
25,5
15,5
18,0
20,5
23,5
26,0
16,0
18,5
21,0
24,0
27,0
Tabel  5. Jatah Harian Pemberian Pakan Ikan Kakap Putih selama 8 Minggu (sumber : Bambang).
2.      Pakan buatan
Ketersediaan ikan rucah sangat berpengaruh terhadap kegiatan budidaya ikan kakap putih. Ikan rucah yang bersifat musiman tidak dapat mencukupi kebutuhan pakan ikan kakap maka perlu di berikan pakan buatan. Pakan buatan yang di berikan berupa pelet. Pemilihan bahan untuk pembuatan pakan buatan harus bernilai gizi tinggi dan berkualitas baik. Bahan pakan buatan harus mudah di dapat, murah dan mudah dalam pengolahannya. ( Sudjiharno, 1999)
Cara menggantikan ikan rucah dengan pakan buatan telah dilakukan. Kadar protein dalam pakan buatan telah di teliti namun belum intensif. Pemberian pakan yang tepat dengan kadar protein yang cukup dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan kakap. Kandungan protein yang rendah tidak baik untuk ikan kakap putih karena akan menghambat pertumbuhannya. Maka, pemberian pakan buatan dengan protein tinggi sangat dianjurkan.
Berdasarkan hasil penelitian laju pertumbuhan ikan kakap putih sangat di pengaruhi oleh kandungan protein pada pakan buatan. Pertumbuhan ikan kakap putih yang paling baik di capi dengan kadar protein 40% yang terendah di capai perlakuan dengan kadar protein 55%. Laju pertumbuhan ikan kakap putih lebih tinggi dengan kadar protein 40% dibandingkan dengan kadar protein 55% karena respon kadar protein sudah melewati batas optimal dalam meningkatkan pertumbuhan ikan. Ikan kakap putih juga tidak dapat menyerap pakan dengan kadar karbohidrat yang tinggi di sebabkan serat yang tinggi pada pakan. (Utojo, 1995)
Ikan kakap putih adalah ikan karnivora yang membutuhkan protein banyak di bandingkan ikan herbivora dan ikan omnivora. Protein adalah sumber energi ikan kakap putih yang paling utama. Ikan kakap putih lebih membutuhkan protein dari karbohidrat. Kadar lemak juga ikut menetukan dalam pemanfaatan protein sebagai sumber energi untuk membentuk jaringan dan se sel ikan kakap putih. Lemak mepunyai kandungan energi yang tinggi. Lemak juga mengandung vitamin yang larut di dalam lemak. Kadar lemak yang baik untuk ikan kakap putih adalah berkisar 13-18%. Sumber energi bagi ikan kakap putih lebih banyak dari lemak dan protein di bandingkan karbohidrat. Kandungan lemak pada ikan laut juga lebih banyak dari pada ikan tawar. (Utojo, 1995)
 Untuk menghemat biaya produksi khususnya pada pakan, kita dapat membuat pakan buatan sendiri dengan formula sebagai berikut :
Bahan Baku
Persentase%
Nilai nutrisi
Tepung ikan
Tepung kedelai
Tepung udang
Dedak/bekatul
Tepung terigu
Tepung cumi cumi
Minyak kedelai
Minyak ikan
Vitamin mix
Mineral mix
42,0
9,0
10,0
14,5
7,75
5,0
2,87
2,88
4,0
2,0
Protein         : 43,0%
Lemak        : 9,0%
Serat kasar  : 12,0%
Abu            : 11,0%
Karbohidrat  : 25,05
Tabel 6 . Formula pakan buatan untuk ikan kakap putih (sumber : kordi ,2004)
3.      Kandungan nutrisi pada ikan kakap putih
a.      Protein
Protein adalah sumber utama pembentukan jaringan dan organ organ pada tubuh ikan. Protein berisikan nitrogen dalam bentuk asam amino, assam asam lemak, enzym, vitamin dan sebagainya. Kadang protein juga mengandung sulfur dan mengandung sedikit fospor dan besi. Protein jika dihidrolisis dengan asam akan menghasilkan asam amino yang berbeda sebanyak 20. Kebutuhan asam amino tergatung pada jenis ikan , ukuran ikan dan lingkungan tempat hidup ikan. (Sudjiharno, 1999)

b.      Lemak
Lemak adalah senyawa kompleks yang tidak larut dalam air namun larut dalm ester, chloroform, dan benzena. Kandungan lemak dalam pakan sangat di butuhkan oleh ikan untuk kelangsungan hidupnya. Lemak sama pentingnya dengan proten sebagai sumber energi terbanyak yang di butuhkan ikan. Lemak sangat berpengaruh terhadap aroma dan bentuk pakan. Asam lemak sangat di butuhkan oleh ikan sehingga di sebut Asam Lemak Essensial (EFA). Asam lemak essensial yang duibutuhkan ikan adalah asam linolat, asam linoleat dan sebagainya. Asam lemak berfungsi sebagai pelarut vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A,D,E,K. (Kordi, 2011)
c.       Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon, oksigen dan hidrogen. Kebutuhan karbohidrat di dalam pakan sekitar 30%. Contoh karbonidrat adalah kanji, gula, selulosa, dan getah. Ikan tidak dapat menyerap karbohidrat karena mengandung serat yang tinggi. Namun setelah dilakukan penelitian ikan dapat mensintesa karbohidrat menjadi protein dan lemak. Karbohidrat juga dapat berfungsi sebagai perekat pada pakan buatan. ( Sudjiharno, 1999)
d.      Vitamin
Vitamin diperlukan ikan kakap putih dalam jumlah sedikit, namun vitamin sangat penting untuk perbaikan, reproduksi, pertumbuhan dan kesehatan ikan. Tidak semua vitamin di butuhkan oleh ikan. Vitamin di butuhkan oleh ikan tergantung ukuran, kematangan gonad, dan kondisi lingkungan. Semakin besar ikan kakap maka kandungan vitaminnya akan cenderung menurun. Berikut ini kebutuhan vitamin bagi ikan kakap putih. (Kordi, 2011)
Jenis vitamin
Kebutuhan
Vitamin A
Vitamin D3
Vitamin E
Vitamin K
Vitamin B1
Vitamin B2
Pyridoxine
Phantotenic acid
Nicotinic acid
Biotin
Folic acid
Vitamin B12
Vitamin C
choline
inositol
6000 IU/kg (minimal)
2000 IU/kg (minimal)
200 mg/kg
12 mg/kg
30 mg/kg
30 mg/kg
0 mg/kg
75 mg/kg
150 mg/kg
0,25 mg/kg
6 mg/kg
0.04 mg/kg
500-1000 mg/kg
1600 mg/kg
700 mg/kg
Tabel 7. Kebutuhan vitamin untuk ikan kakap putih (Sudjiharno, 1999)

e.       Mineral
Mineral juga diperlukan oleh ikan dalam jumlah sedikit, sama halnya dengan vitamin. Mineral berfungsi sebagai pembentuk tulang dan kulit. Mineral juga berfungsi sebagai pengatur tekanan osmotik dan pengatur perubahan air baik yang masuk maupun yang keluar dari tubuh ikan. Selain itu mineral juga berfungsi sebagi pengatur kontraksi otot, mengatur keseimbangan asam dan basa dalam tubuh ikan, mengatur pH darah serta komponen penting untuk enzim, vitamin, hormon, pewarnaan dan sebagai katalisator dan aktivator enzim. (Sudjiharno, 1999)
2.8. Hama dan Penyakit ikan kakap putih
1. Hama
            Hama untuk ikan kakap putih adalah predator, kompetitor dan pencuri. Ketiganya sangat berbahaya bagi ikan kakap. Predator bagi ikan kakap putih adalah seperti ular dan burung yang dapat memakan ikan kakap yang kecil maupun yang besar. Kompetitor di tambak seperti ikan liar. Jika di lakukan penebaran polikultur seperti ikan kakap dengan ikan mujai atau dengan rumput laut maka ikan mujair dan rumput laut merupakan kompitator bagi ikan kakap untuk mendapatkan makanan. Hama yang paling berbahaya adalah pencuri. (Kordi, 1997)
            Penanggulangan hama predator dapat dilakukan dengan pembuatan biosecuryti di sekeliling tambak. Biosecurity dapat mencegah ular masuk ke dalam tambak. Sedangkan untuk mengusir burung dapat digunakan orang orangan yang di tempatkan di pinggir tambak. Penanggulangan untuk hama kompetitor yaitu dengan memanajemen dengan baik biota yang akan di polikultur dengan ikan kakap seperti memanajemen pakan bagi biota yang di polikultur dengan ikan kakap tersebut. Sedangkan penanggulangan untuk pencuri yaitu melakukan sosialisasi dengan tokoh ada di sekitar lingkungan tempat budidaya. Melakukan silaturahmi dengan warga di sekitar lingkungan tempat budidaya. Mempekerjakan warga sekitar sebagai tenaga kerja agar tidak terjadi kecemburuan sosial. ( Said, 2007)
2. Penyakit
            Penyakit pada ikan kakap putih ada beberapa jenis seperti penyakit parasit, penyakit bakterial, penyakit viral, penyakit jamur, penyakit yang belum di ketahui penyebabnya, penyakit non infeksi.
a.      Penyakit parasit pada ikan
Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme parasit. Parasit adalah hewan atau tumbuhan yang hidup di dalam atau pada tubuh organisme, sehingga memperoleh makanan dari inangnya. Parasit sangat merugikan bagi biota yang di budidayakan. Parasit dapat disimpulkan yaitu organisme yang hidup karena jerih payah organisme lain tanpa memberikan imbalan. Berikut beberapa parasit yang biasa menyerang ikan yang dibudidayakan :

1.      Protozoa
Protozoa merupakan makhluk yang paling kecil. Protozoa tidak dapat di lihat dengan mata telanjang harus menggunakan mikroskop.protozoa sering menyrang organ organ internal ikan kakap seperti ginjal, hati dan usus). Protozoa yang mempunyai sifat patogen termasuk ke dalam filum berikut.
-          Myxozoa (Miyxosoma)
-          Sarcomaatigophora (trypanosoma dan Oonidium)
-          Sporozoa (Eimeria)
-          Cieliophora
Protozoa adalah hewan bersel satu. Protozoa berkembang biak dengan pembelahan secara aseksual. (Kordi, 2004)
2.      Metazoa
Metazoa adalah hewan bersel banyak. Bentuk tubuh parasit ini bermacam macam. Semua jenis metazoa merupakn parasit. Metazoa berkembang biak dengan pembelahan vegetatif. Metazoa mempunyai ciri ciri sebagai berikut, adanya organ untuk menempel dn menghisap. Metazoa dapat menularkan penyebab penyakit seperti virus dan bakteri. (Kordi, 2004)
3.      Crustacea
Crustacea yang biasa menjadi parasit ikan adalah kopepoda, brankiura, isopoda. Crustacea menjadi parasit karena caranya mengambil makanan dan kegiatan kegiatannya banyak merusak. Lernea sp contohnya mempunyai organ yang dapat menempel di insang ikan. Ikan yang terserang Argulus sp sering memberikan tanda gatal gatal yaitu dengan menggosokkan tubuhnya. Infeksi yang di sebabkan oleh Argulus sp dapat menularkan penyakit yang di sebabkan oleh bakteri. (Asikin, 1994)
4.      Hirudinea
Parasit jenis ini seperti lintah. Lintah adalah cacing simetris bilateral. Bentuk tubuhnya selalu bergaris melintang. Lintah mempunyai alat penghisap. Biasanya lintah menghisap darah dalam jumlah banyak. Bekas hisapan lintah akan menimbulkan gatal pada ikan.
Berikut ini adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit diatas.
1.      Penyakit bintik putih
Penyakit bintik putih pada ikan kakap disebabkan oleh parasit Cryptocaryon sp. Cryptocaryon sp merupakan hewan bersel satu dengan ukuran 40-300 mikron. Tubuhnya di tumbuhi bulu getar. Sifat dari hewan ini adalah menempel pada kulit, sirip dan insang ikan. Ikan kakap yang sudah terserang parasit ini dapat di kenali dengan menurunnya nafsu makan ikan, tubuh ikan lesu, sisik ikan lepas, terdapat bitik putih pada insang, permukaan kulit, serta lendir meningkat. Penyakit bintik putih ini sangat mudah menular dan secara tiba tiba akan menyebabkan kematian massal. (Kordi, 2004)


2.      Penyakit gatal
Penyakit gatal akibatkan oleh parasit trichodina sp. Bentuk parasit ini bulat topi, berukuran 100 mikron. Parasit ini tidak dapat di lihat dengan mata telanjang namun harus menggunakan mikroskop. Dibagian bawah tubuh hewan ini terdapat alat pelekat untuk melekatkan tubuhnya ke tubuh ikan. Ikan yang terkena penyakit ini biasanya tidak menunjukkan gejala, namun jika sudah terinfeksi berat ditandai dengan terdapat bitik putih terutama pada kepala dan punggung, nafsu makan menurun, tubuh ikan lemah, lendir bertambah, tubuh sering terjadi pendarahan, warna tubuh kusam. Cara penanggulangan penyakit ini yaitu dengan melakukan penebaran tidak terlalu padat, air tambak harus steril. Ikan yang sudah terinfeksi harus di pisahkan dari kelompoknya agar tidak menular. Ikan yang sudah terjangkit di rendam dengan formalin 200 ppm selam 30-60 menit. (Kordi, 2004)
b.      Penyakit bakteri pada ikan kakap
Penyakit yang di sebabkan oleh bakteri merupakan penyakit yang sering di temukan dalam tambak. Ikan yang terkena penyakit yang disebabkan oleh bakteri menunjukkan ciri ciri yaitu kulit rusak seperti terbakar atau kudis. Jenis bakteri yang biasa menyerang adalah vibrio sp, finret dan streptococcus. Penanggulangan bakteri ini dilakukan dengan cara memisahkan ikan kakap yang terjangkit penyakit tersebut kemudian merendamnya selam 3-4 jam dalam larutan Nitrofurazone 15 ppm. (Sudjiharno, 1999)


c.       Penyakit virus pada ikan kakap
Penyakit yang disebabkan oleh virus memang belum ada di temukan pada ikan kakap. Namun, kita harus tetap waspada karena virus dapat menyerang ikan yang di budidayakan sewaktu waktu. Penyakit yang disebabkan virus sangat cepat penularannya dan sangat sulit dalam penanggulangannya. Jika di temukan ikan kakap yang terkena virus sebaiknya di buang, di bunuh dan di bakar bangkainya. (Bambang, 1997)
d.      Penyakit jamur pada ikan kakap
Jamur merupakan tumbuhan tallus yaitu tumbuhan yang tidak bisa di bedakan akar,batang, daun. Jamur yang sering menyerang ikan kakap adalah jenis Ichthyosporidium sp dan saprolegnia sp. Jamur tersebut melakukan perkembangan biak dengan aseksual dilakukan dengan spora. Spora akan membentuk zoospora.  Zoospora dari jamur tersebut akan berenang dan menempel pada ikan kakap dan dalam waktu 24-48 jam akan berubah menjadi jamur. Jamur biasanya menyerang bagian kulit ikan yang terluka. Telur ikan yang terserang juga akan terlihat seperti dilapisi lumpur. Ikan yang terserang jamur dapat di obati dengan merendam ikan tersebut di dalam larutan malachite green oxalat 1 ppm selama 1 jam atau 0,15-0,70 ppm selama 24 jam. Telur yang terserang jamur dapat di basmi karena telur telur tersebut tidak akan menetas. (Said, 2007)


2.9. Panen
Pemanenan ikan kakap dapat dilakukan dengan selektif maupun total. Panen selektif yaitu memanen ikan kakap yang sudah ukuran konsumsi.panen total dilakukan dengan memanen seluruh ikan kakap yang dipelihara. Pemeliharaan ikan kakap selama satu tahun akan menghasilkan ikan kakap dengan berat 1,5-2,5 kg jika pada saat penebaran berat ikan kakap tersebut 300 gram. Ikan kakap yang biasa di panen untuk konsumsi yaitu pada ukuran 500-1000 gram. Ikan kakap yang mencapi ukuran satu kilo lebih sebaiknya di jadikan calon induk. Panen sebaiknya di lakukan pada sore hari yaitu suasana suhu rendah sehingga mengurangi stres pada ikan. ( Sudjiharno, 1999)
      Alat yang digunakan dalam memanen ikan kakap bermacam macam. Dapat menggunakan jala, laring, bubu, serokan. Hindari alat pemanenan yang dapat melukai ikan. Ketika pemanenan sebaiknya jangan menangkap ikan sekaligus karena dapat mengakibatkan luka pada ikan terutama ikan yang di jual pada keadaan hidup. Pemanenan ikan kakap tidak di anjurkan menggunakan obat karena dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dan dapat membahayakan manusia yang mengkonsumsinya. (Sudjiharno, 1999)



BAB III
PENUTUP
-          Ikan kakap putih merupakan ikan predator. Ikan kakap putih disebut ikan predator dapat di tandai dengan sifatnya yang buas dan giginya yang tajam.
-          Ikan kakap putih merupakan hermaprodit protandry yaitu dapat mengubah kelamin jantan menjadi betina pada ukuran tubuh tertentu.
-          Dalam pembenihan ikan kakap putih dapat dilakukan pemijahan alami, striping, serta penyuntikan hormon.
-          Pembesaran ikan kakap di tambak harus diperhatikan manajemen pakan, kualitasa air agar budidaya ikan kakap tersebuta dapat berhasil.
-          Hama dan penyakit ikan kakap sangat membahayakan ikan kakap sehingga dalam pemeliharaan ikan harus dilkukan dengan baik agar hama dan penyakit dapat terminimalisir.
-          Panen ikan kakap dapat dilakukan dengan selektif dan panen toatal. Panen selektif yaitu memanen ikan pada ukuran konsumsi. Panen total yaitu memanen ikan seluruhnya.

2 komentar: